Proses teater merupakan sebuah dialogis dari beberapa elemen, diantaranya sutradara dan aktor. Dialogis tersebut pada dasarnya bertumpu pada serangkaian kreativitas untuk menghubungkan naskah dengan wilayah pertunjukan atau panggung dengan mengikuti kaidah-kaidah seni pertunjukan teater itu sendiri, sedapat mungkin proses dialogis dalam bentuk pengemasan harus berpatok pada kemudahan komunikasi dengan penonton sehingga teater tidak lagi menjadi kesenian yang berjarak dari masyarakat. Ada 4 unsur yang mengusung terciptanya sebuah teater yaitu naskah, pemain (aktor), tempat pertunjukan dan penonton.
Aktor atau seniman pemeranan adalah seniman yang mewujudkan peran (sosok- sosok pelaku di dalam sebuah cerita atau lakon) ke dalam realita seni pertunjukan. Sebagai seniman ia tidak bisa lepas dari unsur unsur kemanusiaan yang umum, juga dan fungsinya sebagai manusia utuh dalam lingkungan serta tata nilai tempat ia hidup dan berkarya.
Aktor sebagai seniman penampil dalam sebuah karya/garapan harus bisa meyakinkan penonton terhadap apa yang disampaikannya sehingga pesan yang disampaikan oleh sutradara dapat sampai kepada penonton dan dapat dengan mudah di mengerti, hal itu dapat diwujudkan dengan penghayatan dan keseriusan peran yang ditampilkan oleh aktornya akan tetapi seringkali aktor tidak bisa menyampaikan pesan yang tersirat dalam naskah lakon karena peran yang dimainkan hanya sebatas “menjalankan peran” tidak dengan penghayatan dan keseriusan dan tingkat kualitas akting yang diperlihatkan kurang bisa “menghanyutkan penonton dalam suasana naskah lakon”. Hal itu bisa disebabkan karena aktor kurang serius dalam latihan dan tidak mengasah bakat yang ada dalam dirinya . Dalam sebuah teater bakat memang di perlukan, tapi penguasaan tekhnik bermain bisa menutupi kekurangan dalam hal bakat , artinya meskipun seorang aktor kurang memiliki bakat tetap dapat bermain teater dengan cara berlatih secara terus menerus dengan penghayatan dan menguasai tekhnik bermain.
Aktor atau seniman pemeranan adalah seniman yang mewujudkan sebuah peran ke atas panggung yang berangkat dari naskah lakon yang di garap oleh sutradara . Keberadaan seorang aktor di tengah kegiatannya sebagai seniman penampil ,tergantung pada 3 unsur pokok yaitu ‘aktor dan dirinya’, ‘aktor dan lakon’, ‘aktor dan produksi’. Pengertian aktor dan dirinya mengarah pada posisinya dalam seni peran , di mana media dalam seni peran adalah diri aktor itu sendiri ,yang di maksud dengan diri pemeran di sini adalah tubuh dan segala sukma yang berasal dari diri aktor seperti semangat ,imajinasi ,daya ingat,konsentrasi dan lain sebagainya . Aktor dan lakon mengarah pada posisi aktor dan lakon yang di mainkannya .
Sebagai aktor ,tentu saja masalah penampilan ,bakat atau keterampilan (akting ) sangat di butuhkan untuk menunjang kualitas sebuah pertunjukan karena dengan akting yang bagus pertunjukan yang di tampilkan memiliki kualitas yang baik .
Akting (peran berasal dari kata ‘to act’ yang berarti “beraksi”. Akting dalam konteks ini adalah perpaduan antara atraksi fisikal (kebertubuhan), intelektual(analisis karakter dan naskah) dan spiritual(transformasi jiwa).[1]
Tugas utama seorang pemeran adalah membawakan peran lakon sesuai dengan porsi yang tersedia untuknya, laku pentas yang membawa kejelasan ,hanya bias di capai jika si pelaku berada dalam stamina yang baik ,penuh vitalitas hingga peran yang di bawakannya terpegang,terkuasai ,tidak kedodoran dan tidak kehabisan nafas . Laku pentas yang memperlihatkan pengembangan , hanya tercipta dari dorongan rasa terdalam yang di miliki oleh aktor ,yang berasala dari pengalaman pengalaman yang pernah di alami ataupun di temui oleh aktor itu sendiri.
Pertunjukan yang mempunyai kualitas yang baik tentu lahir dari garapan yang sempurna , ide ide cemerlang yang di berikan oleh sutradara di dalam garapan lakon dan di tunjang dengan kualitas akting seorang aktor , tapi sekarang untuk menemukan seorang aktor yang mempunyai kualitas acting yang mumpuni sangat susah di temukan . kualitas pemeranan seorang aktor di atas pentas sangat di tunjang dari hal hal berikut :
Penampilan fisik dari seorang aktor sangat menunjang kualitas keaktoran di mana struktur fisik yang baik ,gesture yang bagus ,tipe watak atau attitude sangat berpengaruh dan menunjang kualitas seorang aktor , dalam hal ini para aktor dengan penampilan yang biasa mengejar pelukisan kondisi fisik peranannya dengan berbagai cara yang meyakinkan , dengan cara tambal sulam melalui sikap/gestur dan teknik pemeranan. Seorang aktor perlu menjalani latihan latihan secara kontinyu atau berkelanjutan untuk bisa menjaga kelenturan kelenturan tubuhnya ,melatih vokalnya karena gerakan apapun yang di lakukan di atas pentas haruslah memberi kemungkinan bagi perkembangan daya kreatif aktor tersebut . Kemampuan aktor di batasi oleh kemampuannya menampilkan laku laku tertentu dalam hal bidang yang di kuasai maupun hanya sekedar tahu tentang bidang itu , seperti seorang yang tak bisa atau tidak tahu tentang silat tidak mungkin memainkankan peran sebagai seorang pendekar silat karena pasti merusak karakter peran yang ada dalam naskah lakon dan tentunya tidak meyakinkan penonton terhadap peran yang di mainkannya .
Hakikat seni peran adalah meyakinkan(make believe). Jika berhasil meyakinkan penonton bahwa apa yang tengah di lakukan aktor adalah benar, paling tidak, itu sudah cukup.ada beberapa harga dari permainan , disamping yang meyakinkan (justified) dan benar itu, yakni pura pura, meniru, atau/dan tidak meyakinkan. Yang tidak meyakinkan , tentu kurang benar. Pura pura juga tidak baik, dalam hal meniru, jika meyakinkan tidak apa apa. Intinya, sekali lagi, permainan harus meyakinkan penonton[2]
- Penampilan emosi dan intelegensi
Kekuatan emosi yang di bangun oleh seorang aktor sangat menunjukkan kualitas dari seorang aktor , aktor yang bisa mengontrol dan menghadirkan emosi yang sesuai dengan adegan akan memperoleh suatu pertunjukan yang bagus dan dapat meyakinkan penonton tentang adegan yang sedang di tampilkannya . Sikap/attitude, gesture, respons terhadap ucapan dan tekanan maupun reflex reflex terhadap suatu perubahan sangat erat dengan emosi dan intelegensi peranan, dan harus terpencar dalam membawakan lakunya . Karena itu secara logis pula seoran aktor harus memiliki penguasaan emosi dan intelektualitas yang tinggi minimal mampu mengekpresikan kedua unsur itu sesuai dengan tuntutan peran yang di bawakannya .
Tidak semua pemeran dapat membawakan segala macam peranan. Tapi seorang aktor dengan bantuan sutradara harus bisa menetukan standar kejelasan perwatakan peran peran yang di bawakannya. Seorang aktor pemula harus mengerahkan segala pengertian, kepekaan dan keterampilannya, ia tidak akan berhasil membawakan watak yang berada di luar acuan kemampuan emosi dan intelegensinya.[3]
- Penampilan kata-kata dan dialog
Seorang aktor yang baik adalah aktor yang dapat mengontrol pengucapan kata kata atau dialog yang ada dalam naskah lakon dengan baik , ketepatan pengucapan dialog ,pengaturan intonasi dengan baik sangat menunjang sebuah pertunjukan karena sebuah kemampuan vokal yang baik bagi seorang aktor adalah syarat agar bisa memainkan peran secara proporsional. Dengan laku vokal, aktor di tuntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Juga menampilkan gagasan menjadi perwujudan watak watak yang nyata, dalam penyampaian informasi atau gagasan di perlukan artiukulasi yang jelas sehingga penonton dapat mengerti terhadap apa yang di sampaikan oleh aktor tersebut.
Artikulasi merupakan alat paling ekspresif dari perasaan seorang aktor tentang suasana hati dan situasi sosial di sekitarnya. Di sini, hubungan antar otot dengan apa (what) yang di katakana dan bagaimana (how) mengatakannya, adalah satu kesatuan ekspresi gestur yang kompleks. Artikulasi bunyi yang di tampilkan oleh scenario adalah hal hal penting bagi aktor untuk memasuki seluk beluk karakter dan alur ceritanya. Dari sini, seorang aktor mulai mengerti diksi ( cara berbahasa atau berbicara), tempo, ritme,gestur vocal, gesture fisik dan semua unsur pemeranan yang ideal untuk membawakan perannya.[4]
Secara tekhnis kontrol suara seorang aktor sangat erat dengan kondisi fisik dari mentalnya, disamping keterampilan mengatur alat alat suara itu sendiri. Pengaturan volume, nada, tekstur, tempo dan diksi pada saatnya merupakan alat ekspresi yang utama. Kemampuan menafsirkan suatu peranan akan di batasi oleh kualitas suara si pemeran dan fasilitas yang di dapatkannya.[5]
Ruang pentas tempat seorang aktor bermain merupakan media ekspresi tanpa batas yang bisa di gunakan untuk mengembangkan imaji teater , karena ia mendayagunakan bahasa ruang . Aktor yang pintar adalah aktor yang dapat memanfaatkan ruang dengan seefektif mungkin . Teknik penampilan si aktor harus efektif tidak saja bagi penampilan dirinya dan peranan yang di bawakannya , tapi juga bagi media yang di pakainya, di panggung atau dalam bingkai layar. Tekhnik pemeranan adalah keterampilan dengan mana si pemeran menggabungkan peralatan seninya untuk menciptakan respons emosional dan intelektual sehingga tercapai suatu suasana/atmosfir tertentu
Bobot Peran
Yang di maksud dengan bobot peran adalah intensifikasi pengembangan watak watak dan suasana. Dalam hal ini pemeran harus mempertaruhkan segala kemampuan dan daya kreasi yang di dorong oleh intuisi keseniannya. Unsur daya tarik pribadi besar pula peranannya di sini[6]
Dalam seni drama bobot peran ini adalah ukuran/nilai yang mengisi dan menghidupkan suatu peran. Untuk sampai pada bentuk peran kita harus melalui suatu proses latihan/pencaharian yang terus menerus dan intensif , di mana seorang pemeran harus mengkaji hubungan hubungan diri pemeran dengan bentuk lakon, nilai-nilai di balik bentuk, mencari identifikasi peran melalui pengamatan-pengamatan pada lingkungan, melalui diskusi-diskusi maupun latihan penerapan, penggalian pada diri sendiri serta serangkaian percobaan dalam bentuk kerja ensamble.
Seorang yang tidak mempunyai bakat terhadap akting dalam sebuah teater tetap bisa bermain teater yakni dengan cara giat berlatih dan berusaha mengasah kemampuan yang di milikinya. Ada seorang aktor yang aktingnya bagus, tapi itu terjadi sebelum dia mengetahui tekhnik/teori akting. Begitu dia diberi tahu tentang tekhnik dan teori bermain teater mainnya menjadi jelek. Itu di karenakan dia tidak mengawinkan atau menggabungkan tekhnik bermain dengan bakat teater yang di milikinya . Bakat adalah anugerah, sedang tekhnik hanya alat . jika bakat sudah menemukan jawabannya maka tekhnik diperlukan lagi . Tujuan dalam seni peran dan akting adalah meyakinkan dan di wujudkan dengan penuh keindahan.
Dalam berakting, seorang aktor dilarang berpura-pura. Dia harus menciptakan kebenaran (justifikasi) peran. Ketika bermain sebagai orang gila, dia harus “benar-benar” menjadi orang gila. Seorang aktor harus sesunguhnya menjadi peran itu sehingga penonton yakin bahwa dia memang tokoh yang sedang diperankannya itu.[7]
Hal yang terpenting yang harus dilakukan aktor dalam menunjang bobot peran adalah konsentrasi dimana konsentrasi adalah memfokuskan pikiran ke satu objek. Dalam berkosentrasi, kepekaan si aktor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu. Di sini seorang aktor harus punya pusat perhatian yang bisa menembus ruang dan waktu. Imajinasi, kerja sama aktor terutama dengan lawan main dan alat-alat panggung, dan mengoptimalkan momentum yang ada.
Aktor merupakan elemen penting dari sebuah garapan, sebuah garapan akan terasa hidup jika aktor-aktornya memainkan peran dengan baik, sebuah garapan bisa hidup tanpa sutradara tapi mustahil sebuah garapan berjalan tanpa adanya seorang aktor (Arifin C Noer). Jelaslah bahwa aktor adalah sesuatu yang sangat menunjang dari sebuah pertunjukan, aktor merupakan “mesin” penggerak dari sebuah pertunjukan. Tentunya sebuah garapan pertunjukan teater akan berjalan baik dan bagus bila aktornya memiliki kemampuan peran (akting) yang bagus.
Akting adalah suatu seni peran di mana kita bisa menghidupkan sebuah peran sesuai dengan kebutuhan saat ini, Dengan akting kita bisa meyakinkan penonton bahwa hal yang kita lakukan di atas pentas seperti selayaknya atau tidak terasa di buat-buat . Akting satu orang dengan orang lainnya pasti berbeda tergantung dari bakat yang di miliki tapi apabila seorang aktor tidak memiliki bakat terhadap akting bukan berarti dia tidak bisa main teater. Seorang yang tidak memiliki bakat bisa memainkan peran dengan baik dengan cara berlatih dengan sungguh-sungguh dan secara kontinyu (terus-menerus).
Ada dua unsur penting untuk menghadirkan suatu peran di atas pentas. Pertama, peran yang yang di masukkan ke dalam diri dan unsur ini tidak tampak sebab berada di dalam diri seorang aktor. Kedua, adalah unsur yang tampak dan terdengar. Kalau yang pertama saja yang berhasil diraih, maka sang aktor hanya tampil dalam taraf kerasukan saja. Memang penonton bisa merasakan kehadiran sang peran, tapi juga akan dibuat bingung oleh imaji audio visual yang salah.[8]
Tugas seorang aktor adalah menjembatani antara cerita dengan penonton. Orang boleh menilai tetapi aktor tidak, tetap saja dia harus bermain dengan bagus. Cerita bagaimana pun seorang aktor harus tetap bagus bermain. Tidak ada hubungannya dengan cerita. Mewajarkan dialog adalah cara seorang aktor merefleksikan lingkungannya yang sedang terjadi . Akting adalah sekarnag dan masa kini. Kita bukan orang yang berpidato, biarkan saja penonton yang mencari pemaknaan. Dialog akan wajar bila di tunjang oleh pikiran dan perasaan. Lebih di tekankan pada membuat percaya atau tidak percaya pada apa yang dilakukan oleh aktor.
DAFTAR PUSTAKA
Anirun, Suyatna.1998. Menjadi aktor. Bandung: Rekamedia Multiprakarsa.
Riantiarno, Nano. 2011. Kitab Teater. Jakarta: Grasindo
Petet, Didi. 2006. Acting. Bandung: rekayasa sains
Aradea, Nandang. 2009. Akting. Banten: Berjaya buku
[1] Didi Petet, Acting. (Bandung: Rekayasa Sains Bandung, 2006 ), 03
[2] N.Riantiarno,kitab teater, (Jakarta:Grasindo,2011),107
[3] Suyatna Anirun,menjadi aktor, (Bandung:Rekamedia multiprakarsa,1998),45
[4] Didi Petet,acting, 72
[5] Suyatna Amirun,menjadi aktor, 46
[6] Suyatna Anirun,menjadi aktor, 139
[7] N.Riantiarno, kitab teater, 114
[8] Nandang Aradea, Akting, (Banten: Berjaya buku: 2009), 51
Apa yang harus dilakukan agar menjadi aktor yang baik?
Hakiki seni peran adalah meyakinkan. Jika berhasil meyakinkan penonton bahwa apa yang tengah dilakukan aktor benar, itu sudah cukup. Ada beberapa harga dari pemain, disamping yang meyakinkan dan itu benar, yakni pura – pura, meniru atau/dan tidak meyakinkan. Yang tidak meyakinkan, tentu kurang baik. Pura – pura juga tidak baik. Dalam hal meniru, jika meyakinkan tidak apa – apa. Intinya sekali lagi permainan harus mampu meyakinkan penonton.
Alat actor adalah tubuh / raga dan sukmanya. Itulah yang harus terus menerus di asah dan dilatih agar siap dalam menghadapi, menggali dan memainkan peranan. Untuk itu ada beberapa langkah dan tahapan yang harus diperhatikan.
- Melatih Kelenturan Otot – otot Anggota Tubuh.
- Leher-mata (ekspresi) mulut.
- Tangan ( jari – jari, pergelangan, lengan dan bahu).
- Kaki (pergelangan lutut – tungkai – langkah).
- Melatih Pernafasan.
- Bernafas dengan benar dan terkontrol adalah pemupukan energi kreatif.
- Membaca (kejelasan kata,suku kata dan huruf mati).
- Mengeja huruf hidup (A-I-U-E-O)
Kemudian Empat Langkah Menuju Penciptaan :
- Melatih suara/vocal.
- Pengasaan alat ucap (eja, baca, paham, arah, rasa, cipta)
- Mengasah daya penyampaian (artikulasi).
- Memahami pengertian ‘suratan’ dan ‘siratan’.
- Memperpeka ‘daya keahadiran/appearance’ (factor X).
Berikutnya Empat Langkah Menuju Tahu dan Mengert (Pemahaman).
- Mengetahui, mempelajari dan memahami sejarah teater dan sejarah budaya (dunia dan Indonesia).
- Menyerap pengetahuan umum.
- Prestasi (mengarahkan dan ungkap/daya penyajian).
- Mengasah kemampuan menganalisa dan mnyimpulkan.
Untuk Pengembangan wawasan Diperlukan :
- Membaca.
- Memperhatikan (menyerap).
- Berbicara (mengutarakan perasaan, pikiran dan pendapat).
- Menganalisa ( menyimpulkan).
Selanjutnya Enam Langkah Menuju Siap Sukma :
- Konsentrasi dan fokus.
- Observasi dan penyerapan (lingkungan-suasana-waktu).
- Imajinasi (lingkungan-benda-suasana-waktu-peristiwa-kenangan)
- Penghayatan (pemahaman, berkisah dengan cara berbeda).
- Pembangunan karakter peranan (analisa-pengadeganan-jalianan-latar belakang motivasi)
Jika langkah – langkah itu sudah tearjalankan tapi masih juga ada hambatan, maka hal itu bisa terjadi karena :
- Kurang berlatih.
- Kurang memahami.
- Kurang konsentrasi.
- Kurang energi.
- Kurang motivasi.
- Kurang bakatnya.
Apabila langkah – langkah di atas dianggap terlalu kompleks dan rumut, terutama lantaran disampaikan dalam bahasa yang sangat sederhana, maka cukup diambil langkah – langkah sederhana sebagai berikut :
- Calon actor harus melatih seluruh anggota tubuhnya.
- Calon actor harus tekun melatih kepekaan dan kemampuan daya ingat konsentrasi-pengamatan-imajinasi-ekspresi.
- Calon actor harus banyak membaca, mendengar dan melihat.
- Calon actor harus rendah hati, disiplin, terbuka, punya tanggung jawab, menghargai orang lain dan jujur.
- Calon actor harus tidak bosan belajar.
Apakah untuk jadi seorang aktor diperlukan bakat?
Bakat memang perlu, tapi penguasaan teknik bermain bisa menutupi kekurangan dalam hal bakat. Sesungguhnya sulit untuk mengukur bakat dalam waktu yang singkat. Diperlukan kepekaan yang bijaksana dalam menilai ada tidaknya bakat seseorang.
Bakat, bagaimanapun harus diasah. Jika tidak, ibarat pisau, bakat akan berkarat dan tidak siap untuk memerankan peranan.
Seandainya tidak berbakat, bisakah seseorang bermain teater?
Meskipun tidak punya bakat, seseorang tetap bisa bermain teater asal ma uterus menerus berlatih. Oleh karena itu, actor bisa bermain beradaskan bakat atau teknik bermain. Kalau hanya mengetahui teknik/teori permainan, mungkin tempatnya adalah guru acting. Tapi kalau memang punya bakat besar dan memilih acting sebagai pilihan utana dan hidupnya, sampai rtua pun dia tetap bertahan. Kedua bekal itu bisa dimanfaatkanuntuk jadi modal acting. Tapi bakat besar pun, kalau tudak dilatih akan percuma.
Ada seorang actor yang aktingnya bagus, tapi itu terjadi sebelum dia mengetahui teknik/teori acting. Tapi begitu dia diberitahu teknik/teori bermain teater, mainnya menjadi jelek. Mengapa begitu? Karena dia mengawinkan teknik dengan bakat yang sudah dia miliki sebelumnya. Bakat adalah anugerah, sedang teknik hanya alat. Jika bakat sudah menemukan jawabannya, maka teknik tak diperlukan lagi. Tujuan dari seni peran/acting adalah “meyakinkan” dan diwujudkan dengan penuh “keindahan”,sesederhana itu.
Apakah yang doimaksud dengan ‘posisi tubuh” seorang actor?
Secara garis besar, posisi tubuh seorang pemain diatas panggung dibagi menjadi 8 (delapan) bagian. Bayangkan jika kamu menghadap keoarah kursi penonton/auditorium, lalu tarik garis melingkar dengan kedua kaki dimana kamu berdiri menjadi titik pusatnya!
Jika kamu menghadap kedepan, itu disebut posisi ‘Menghadap Kedepan’ atau full front. Berputar kekiri setengah kali 45 derajat, disebut ‘3/4 Terbuka Kiri’. Berputar lagi hingga kesamping kiri disebut ‘Profil Kiri’. Jika kamu berputar lagi kebelakang setengah kali 45 derajat, disebut ‘1/4 Terbuka Kiri’. Jika penuh menghadap kebelakang, itu disebut ‘Menghadap Kebelakang atau Full Back’. Kamu berputar kedepan setengah kali 45 derajat, disebut ‘1/4 Terbuka Kanan’. Berputar lagi hingga menyamping disebut ‘Profil Kanan’. Apabila berputar lagi setengah kali 45 derajat, disebut ¾ Terbuka Kanan’. Sampai akhirnya posisi kamu kembali Full Front lagi!.
Itulah yang disebut dengan posisi tubuh seorang actor.
Apa guna posisi itu? Dalam keseharian, kita selalu mengubah posisi tubuh berdasarkan kebutuhannya. Demikian pula actor di atas panggung. Harga semua posisi tubuh sama tergantung kebutuhannya. Baik yang Full Front (jika hendak memberi pertanyaan/pidato) mau pun yang Full Back (jika hendak memberi kesan suspens atau misterius)
Apakah yang dimaksud dengan improvisasi?
Improvisasi adalah ‘jalan keluar jika keadaan memaksa’. Misal, lawan main lupa dialog sehingga adegan harus diselamatkan. Disini terlihat kemampuan pemahaman dari seseorang actor. Jika dia sudah paham lakon, peranan, peristiwa dan adegannya maka dia akan menjadi penyelamat. Dia akan menggiringi lawan main dengan dialog yang mungkin tak ada didalam naskah. Upaya itu bisa membuat lawan main yang lupa dialog segera ingat kembali dialog berikutnya. Aktor sehebat apapun, bisa mendadak blank atau kosong dan tak tahu apa yang harus didialogkan.Penyebabnya macam – macam.
Apakah seorang actor harus bisa menari dan bernyanyi?
Dimasa lampau, seorang actor wajib belajar menyanyi, menari/berdansa, bermain anggar dan naik kuda (untuk actor film). Didalam naskah –c naskah klasik, sering terdengar adegan – adegan dimana actor harus menyanyi, berdansa atau bermain anggar. Jika ada adegan perkelahian diatas panggung, maka actor harus belajar teknik – teknik berkelahi. Naskah – naskah masa kini jarang yang mematokkan adegan tari-nyanyi atau main anggar. Namun memang sebaiknya actor belajar olah gerak (untuk kelenturan tubuhnya) dan menyanyi (olah suara) yang pasti akan sangat bermanfaat.
Modal apa yang diperlukan seseorang untuk bisa menjadi actor?
- Raga (tubuh), olah suara termasuk didalamnya.
- Sukma (rasa/emosi, imajinasi, interprestasi/tafsir, penghayatan, ekspresi, pengamatan, penyerapan luar-dalam).
Dengan modal hal – hal itu, apa yang selanjutnya harus dilakukan?
Seorang aktor harus melatih tubuh dan sukmanya secara terus – menerus.
Untuk semuanya harus dilatih?
Agar sebagai aktor, siap memainkan peranan apa saja dan sanggup mengkomun ikasikannya pada penonton dengan meyakinkan.
Bagaimana seorang actor harus melatih suara?
Seorang actor harus berlatih intensif untuk dapat bersuara keras dan jelas. Keras bukan berarti ngotot atau berteriak sampai otot kejang.
Mengapa seorang actor harus melatih suara?
Karena suaranya harus dapat menguasai ruang dan terdengar sampai penonton yang duduk paling belakang.
Mengapa seorang actor harus melatih tubuhnya?
Seorang actor harus melatih tubuhnya sedemikian rupa agar penonton yakin dengan apa yang diperankannya. Misalnya untuk menjadi kakek, seorang actor harus melatih tubuhnya untuk menjadi seperti kakek. Bokannya harus bongkok – bongkok, tetapi bertindak serta bersikap sesuai tubuh dan jiwa seusia kakek tersebut. Tubuh harus disiapkan untuk menerima peran kakek.
Selama pementasan atau ketika sedang bermain diatas panggung actor harus dapat menahan kencing, lapar, haus, sakit perut atau sakit pinggang. Yang penting penonton yakin dengan apa yang diperankan.
Apakah yang dimaksud dengan seni peran?
Seni peran adalah seni berganti peran.
Apa yang diperlukan agar dapat berperan dengan baik?
Seorang actor harus melakukan pengamatan dan penelitian. Seorang actor adalah seorang peneliti. Aktor harus mengamati dan meneliti berbagai aspek yang ada dilingkungan sekitarnya. Misalnya sebagai berikut :
- Ketika seorang actor akan memainkan peran seorang bapak yang galak, maka dia harus mengamati bapak – bapak yang galak sebagai bandingannya.
- Ketika seorang actor diminta berperan menjadi anak jalanan, maka dia harus mengamati tingkah laku, cara berpakaian dcan sikap anak jalanan.
Apa saja yang ahrus diamati seorang actor untuk melengkapi peranan?
- Aspek ekonomi.
Orang yang punya uang seratus juta dengan orang yang tidak punya uang sama sekali akan tampak beratbeda dalam hal sikap, cara berpakaian,
- Aspek social.
Seorang anak jalanan tidak mungkin ditunggui oleh babby sitter.
- Aspek budaya.
Cara bicara orang Jawa berbeda dengan orang Sunda.
Kapan sebaiknya pengamatan dilakukan?
Selama masih ingin menjadi actor.
Apa guna pengamatan?
Agar menjadi memori untuk dibangkitkan lagi dalam melengkapi peran.
Apa yang paling penting ketika seseorang berada di atas panggung?
Mengingat apa tujuan dari tokoh yang diperankannya sehingga dia tau persis apa yang akan dilakukannya. Tujuan itu harus disampaikan pada penonton. Misalnya ada seorang laki – laki dan perempuan kehilangan anak.Tujuannya ketika berada dipanggung adalah mencari anaknya. Dengan demikian, dia tahu persis apa yang akan dilakukannya di atas panggung.
Dalam menjalankan perannya, bagaimanakah seseorang harus berakting?
Dalam berakting, seorang actor tidak boleh berpura – pura. Dia harus menciptakan kebenaran peran. Ketika bermain sebagai orang gila, dia harus benar – benar menjadi orang gila. Seorang actor harus sesungguhnya menjadi peran itu sehingga penonton yakin bahwa dia memang tokoh yang sedang diperankannya.
Apa yang membuat permainan actor / aktris dinilai bagus?
Seorang actor/aktris dinilai bagus permainannya bukan karena tampang, peranan atau ceritanya. Bukan pula karena dia mampu menangis terus dari awal sampai akhir sandiwara. Seorang actor/aktris dikatakan bagus jika dapat bermain dalam peranan apa saja.
Apa yang terpenting dilakukan seorang actor?
- Konsentrasi
Aktor harus menghafal naskah dan menjadikannya bagian dari dirinya, lalu menyampaikannya kepada penonton secara baik dan meyakinkan. Daya ingat (daya hafal) menjadi lebih tajam karena konsentrasi. Konsentrasi adalah untuk menjadi peranan.
- Imajinasi.
Tanpa imajinasi, permainan menjadi kering.
- Kerja sama.
Terutama daengan lawan main dan alat – alat panggung.
Kenapa seorang actor harus berkonsentrasi menghafal dan menjadikan hafalan bagian dari dirinya?
Kalau tidak menjadi bagian dari dirinya,aktor akan terlihat kaku dan terkesan menghafal saat tampil dipanggung. Terkesan menghafal adalah yang paling tidak boleh dilakukan oleh seorang actor dipanggung.
Bagaimana jika konsentrasi seorang actor kurang baik?
Dia dapat mengganggu jalannya latihan atau pertunjukan. Jika dia salah kata, orang bisa tidak mengerti. Kata yang terbalik – balik berakibat tidak akan dimengerti oleh lawan main atau penonton.
Seorang actor harus berkonsentrasi pada apa saja?
- Hafalan dialog naskah dan nyanyian jika ada nyanyian.
- Penonton, jika penonton bereaksi atau merespons permainan.
- Gerakan. Aktor harus ingat kapan bergerak dan bergerak kemana, dan berbuat apa ditempat itu.
Kenapa pemain harus berkonsentrasi sebelum pertunjukan dimulai?
Konsentrasi sangat diperlukan untuk memusatkan pikiran hanya kepada apa yang akan dilakukan diatas panggung. Tanpa konsentrasi, mungkin dipanggung bisa lupa dialog atau lupa giliran masuk. Dengan konsentrasi, begitu panggung dibuka, pemain sudahsiap untuk apa saja. Berdialog, menyanyi, menari, bermain pedang. Atau apa saja sesuai karakter tokohnya.
Apa yang dimaksud dengan imajinasi?
Imajinasi itu seperti khayalan. Tapi (dalam teater) imajinasi adalah nyata. Misal, jika seorang actor membayangkan ada sebuah apel ditangannya, maka dia harus dapat membayangkan apel tersebut secara utuh. Aktor harus dapat membayangkan besarnya, beratnya, warnanya, bintik – bintiknya, tangkainya diatas atau dibawah sampai rasanya. Bagaimana memakannya, dicuci dulu atau tidak, dikupas dulu atau tidak, dipotong dulu atau langsung dimakan. Yang terpenting, actor itu harus dipercaya dengan apa yang diimajinasikannya. Ketika seorang aktor berimajinasi memegang apel dan memakannya, maka dia betul – betul merasakan bahwa apel tersebut dipegang dan dimakan sehingga penonton betul – betul percaya bahwa aktor itu sedang makan apel.